Sabtu, 11 Februari 2012

Seri Nafsiyah ^MUHASABAH^

“ Yang paling kuat, dialah PEMENANG…! Namun ternyata api mampu melelehkannya.. Api itu kuat, tapi air mampu memadamkannya.. air itu kuat, tetapi matahari mampu menguapkannya… matahari itu kuat, tetapi awan mampu untuk menghalanginya… awan itu kuat, namun angin mampu menghapusnya.. angin itu kuat, namun manusia mampu menahannya… manusia itu kuat, namun ketakutan mampu melemahkannya… ketakutan itu kuat, namun kedekatan pada Allah mampu meredamnya.. maka tidak ada sesuatu apapun yang mampu mengalahkan kekuatan Rabb langit dan bumi, Maha Benar Allah dengan segala firmanNya..”
*****************************#####################************************


Malam ini terasa begitu melelahkan… mencoba melepaskan kepenatan dengan tidur, namun celakalah diri yang lebih memilih mengistirahatkan badan, atau sekedar menyapu peluh yang berjatuhan daripada memilih mata, hati, tangan, tubuh, dan segala yang mampu di dikuasai untuk melaksanakan segala kewajiban.. ya celakalah diri.. jika merasa aktivitas hari ini begitu menguras energi. Padahal belum ada sebutir pasir kontribusi dakwah yang bisa dia banggakan untuk mendapatkan senyuman Allah dan RasuLNya sebagai dokter umat dambaan.. justru... hari hari dia penuhi dengan keluhan, merasa diri orang yang paling malang. Sulitkah mempercayai Allah sebagai Tuhan semesta Alam yang mampu mengatur segalanya termasuk jasad ini? Segala kebaikan dalam pandanganNya, bukan pandangan manusia, kenapa dia terlalu sibuk untuk mendapatkan pengkuan tapi semakin membuat dia  jauh dari Tuhan??? Padahal dia tahu, tiada yang lebih mengerti tentang dia melebihi mengertinya Allah padanya. Mengapa dia terlalu sibuk dengan kekurangan, padahal ada potensi lain yang Allah berikan?? Dia terlalu sakit dengan kekalahan dan menyerah pada keadaan, padahal masih begitu banyak kesempatan yang Allah Perlihatkan ! kesempatan yang dia sendiri takut untuk memandang apalagi melangkahkan kaki untuk mendapatkan.. apa bedanya dia dengan mereka?? Allah menciptakan waktu yang sama, makanan yang sama, naluri yang sama, akal yang sama! Mengapa dia tidak menyukurinya?? Dan sibuk mencari motivasi untuk menguatkan, tapi dia Lupa ada Allah sebagai sandaran, Alqur’an sebagai pedoman dan ada Janji Allah sebagai tujuan !! sudahlaaaah... dia mulai berkaca... dia patut bersykur.. karena Allah Mengajarkan kita untuk bersyukur, satu kata yang lebih luas maknanya dari sekedar terimakasih. Maka seharusnya dia bersujud dan bersyukur pada Allah, karena Allah telah memberikan nikmat Iman dan menjadikan dia manusia pilihan dalam perjuangan, di saat yang lain sibuk dengan dunia dan tidak mengenal TuhanNya.. maka seharusnya dia patut bersyukur di saat yang lain kuffur.... terlalu banyak yang dia sesali, tapi sedikit yang bisa dia syukuri..


Terlalu bodoh dirinya, terlalu sakit hatinya, terlalu sesak dadanya,  bukan lagi pada perkara umat  semua itu ia tunjukkan.. tapi untuk menangisi keadaan dia seorang diri!! Ingin rasanya dia berteriak, ingin rasanya dia menunjuk dan menyalahkan semua orang, tapi kembali saat dia menunjuk, 4 jari lain mengarah padanya!! Ternyata dia sendiri sang biang kerok itu..! lalu kemana posisi umat dalam diri dan hatinya??? Jika ia hanya fokus untuk perbaikan diri dan melupakan umat dalam perbaikannya??? Mengapa dia terlalu sakit dengan masalahnya, padahal ada umat yang lebih menderita!??!!


Inilaah diaa..  “......Dia, berjalan bukan dengan hati. Kesombongan yang selalu menemani, merasa lebih dari mereka, dengan segudang kelebihan dan keistimewaan yang di berikan Allah padanya, yang menurutnya patut untuk di sombongkan. Memang dia adalah pengemban dakwah


yang mudah dan cepat sekali untuk belajar, di banding pengemban dakwahseusianya, dia selalu tampil vocal, eksis di mata oranglain. Tapi tahukah, dia hanya seperi pepohonan kebanyakan yang tumbuh tinggi tapi mempunyai akar rapuh untuk lama bertahan, dia bisa jadi lebih menjulang dari yang lain tapi kekokohan akarnya sangat mengkhawatirkan. Tidak seperti bambu, yang mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menatap awan lebih dekat, namun saat itu tanpa yang lain sadari, dalam rentan waktu itu bambu sedang menguatkan akarnya, mempersiapkan diri menjulang lebih tinggi dibandingkan pepohonan lainnya. Itu lah persamaan, pohon biasa dengan orang itu. Sama2 cepat menjulang, tapi rentan dengan angin yang mematahkan dan mnghancurkan rapuhnya pertahanan. 


Halaqoh dia jalani seadanya, jarang persiapan dan kalau pun ada, sangat tidak optimal. Pernah melihat orang terjun bebas?? Seperti  itulah dia. Begitu pula saat di minta ngisi training atau orasi, taukah anda minim sekali persiapannya?. Walau orang berkata, vocalnya hebat, ketahuilah Allah tidak sama cara pandangnya dengan manusia, Allah tidak menilai hasil. Apakah memukau ataukah tidak, berkesan ataukan sebaliknya. Tapi Allah melihat kesungguhan HambaNya dalam proses, kenapa orang itu tidak menyadarinya?? Pandangan siapa yang dia inginkan. Allahkah atau manusia saja?.  Kenapa ia tidak berpikir, halaqoh, trainer dan orasi yang di siapkan dengan persiapan yang sangat minim saja sebagus itu, bagaimana jika mempersiapkan dengan optimal?? Bisa jadi Allah akan menitipkan  hidayah melalui ucapannya.. betapa bodohnya pemahaman orang itu...”


 Aku khawatir  terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang yang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian. Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan Iblis. Ada ahli maksiat rendah hati seperti sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat dan ada yang banyak menangis karena diaffur nikmat. Ada yang murah senyum tetapi hatinya mengumpat, ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan, dan ada pezina yang tampil sebagai figur. Ada orang berilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tak tau diri. Ada yang beragama tapi tak berakhlak, ada yang berakhlak  tapi tak BerTuhan. Lalu di antara itu semua, dimana aku berada (Ali Bin Abi Thalib) 

Astaghfirullahal Adzimm.........
Ya Allah Ya Karim.. kami tersadar..
Tak henti-hentinya bibir ini bergetar mengagungkan Asma Mu, karena hanya itulah  yang layak untuk kami lakukan atas limpahan rahmat dan nikmat yang Engkau berikan pada hamba MU yang lemah dan hina ini..
Kehinaan yang berpangkal dari kebodohan diri yang tak mengenal Engkau sebagai Tuhan pencipta dan pengatur kehidupan ini…
Kami kecil Ya Rabb. Kami hanya setitik debu yang tak berarti tanpa rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami berlumur dosa. Kami penuh dengan alpa. Kami hanya hamba yang belajar makna keikhlasan, ketaatan, dan kepasrahan.
Tak jarang kami lalai dan mencoba bermain api. Tapi sungguh, pengampunanmu tiada bertepi., izinkan kami menghiba memohon cinta dan ridho-Mu. Biarkan kami bersimpuh memohon belas kasih-Mu yang tak pernah ada ujungnya.

Ya Ilahi Rabbi, kami melangkah sejauh ini hanya demi mengharap ridho-Mu. Bila itu tak dapat kami raih, lalu akan kemana lagi kami akan berpaling? Sedari mula kami beranjak, hanya cinta hakiki milik-Mulah sebagai tujuan. Pandulah kami menapaki jalan-jalan orang-orang shalih yang telah pernah terbentang sebelum kami. Dan bukan jalan orang-orang sesat yang tlah Kau murkai jalannya dan bukan pula jalan orang-orang kafir.
YA Allah Ya Karim, tidak pantas kiranya kami terlalu sibuk dengan diri sendiri, melupakan yang umat telah lama menanti sang pejuang demi tegaknya agamaMu, disinilah kami berdiri
pantaskan kami dalam perjuangan ini, hingga kami menang atau MATI dalam keadaan tegak Dien ini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar