Sabtu, 11 Februari 2012

“Suatu Sore, di Ma’had Tahfizul Qur’an Umar Bin Khattab”

Bismillahirrahmanirrahim..

Pada sore sabtu, 28 01 12 jam 17.00

“Assalamu’alaikum”
-Deg-
Suara seorang Ustadz yang ada di balik hijab, menganggetkan dan membuat jantungq berhenti sesaat, namun detik berikutnya berdetak tidak karuan. Masya Allah, Laa haula wa laa quwwata illa billah... lisan ku berujar, memohon kekuatan pada sang Maha Kuat Allah Robbul Alamin. Tidak pernah rasanya segugup ini, saat mengisi Halqoh perdana, saat di minta orasi jalanan di tengah keramaian kota, mengisi training dengan banyak peserta ataupun saat diminta meruqyah pasien untuk yang pertama kalinya. Tidak sebegini lebaynya gugup yang di rasakan.

“Semuanya sudah lengkap?”  beliau bertanya

“hari ini ada 5 orang Ustadz, satu orang sedang sakit. Sedangkan 2 yang lain persiapan menghadapi ujian sekolah dengan les tambahan ” jawab Ustadzah Arbayah, pembimbing kami dalam Tahsin dan Tilawah Al Qur’an.

“Kalau begitu kita mulai, sebelum saya tunjuk, ada yang mau menawarkan diri?” tanya Ustadz Zainuddin yang merupakan pimpinan Ma’had, setelah sebelumnya beliau menjelaskan ujian tahsin dan tahfidz perdana sore itu, dengan mengujikan fasihnya santriwati membaca alqur’an dengan makhrojul hurf yang benar, tajwid dan mad yang juga tepat. Kemudian mengujikan ayat-ayat ghoribah, dan yang terakhir adalah menguji Juz 30 yang telah kami hafal.

“di tunjuk saja Ustadz” jawab kami serempak.

Semakin lama tenggorokan semakin kering, jantung semakin tidak bisa di ajak kompromi, saking satu tubuhnya, anggota badan pada ikut berpartisipasi menghadapi kegalauan sore itu. Dada semakin terasa sesak menahan kegugupan menunggu detik-detik, nama siapakah gerangan yang pertama akan beliau lisankan…

Dani saat beliau memanggil..

“saya tunjuk dari absen yang paling bawah ya.., Yuyun ada ?..”

Haa?..
daku melongo.lunglai.. Mata melotot. Tiba-tiba pening, darah rasanya mengalir begitu cepat lebih dari kecepatan cahaya. Kegugupan yang ku rasakan, juga dirasakan oleh semua santriwati yang hadir saat itu. Atmosfirnya sungguh..sungguh.. tidak bisa di ceritakan kawan.

“ada Ustadz” jawab ku sesaat setelah “sedikit” berhasil menguasai diri, sambil berjalan mendekati hijab. Panas dingin, tangan gemetaran, batuk-batuk, keringatan. Di balik hijab tertutup rapat tanpa celah saja segugup ini, apalagi jika langsung berhadapan batinku.

“silakan buka, surah An Nahl ayat 94 dan baca”

“Inggih” jawabku

Dan what happen aya naon sodara-sodara ?? Leher tercekat, rasanya suara lantang saat aksi juga orasi tidak tersisa saat itu. Bacaan amburadul, kacau. Kaidah tahsin yang benar lenyap dari ingatan. Seumur hidup baru pertama mengaji berhadapan langsung dengan orang yang bukan mahrom.

“ya, cukup. Sekarang buka panduan tahsin tilawah, halaman 74 ayat ghoribah point 4 dan baca”
Eng..ingg..engg apa yang terjadi kali ini kawan? Tidak jauh berbeda.. hancur !

“lanjutkan point berikutnya” ucap beliau
Dan Ternyata........... sami mawonn!!! Tidak kalah huaancuur  -__-“

“sekarang hafalannya.. lanjutkan ayat yang saya baca” beliau membaca pertengahan surah Al Ghaasyiyah, kemudian pertengahan surah Al Fajr, Juga Asy Syams. Dan terakhir beliau minta membaca lengkap surah At Tiin

Tett…ttooot… tiba-tiba lupa ingatan, blenk dokumen, mulut terbuka, menganga.. di menu otak bertuliskan “maaf bro, anda belum beruntung. File lagi ngadat yey.. capnyusss ciiinngg” tidaakkk, innalillah tidak ada satupun jawabanku yang tepat, menyedihkan, mengecewakan…

“Yuyun, perlu di ulang-ulang lagi hafalannya. Setelah mantab baru bisa menlanjutkan ke hafalan berikutnya” pesan beliau menandakan berakhirlah sudah pergolakan batin itu..
Beliau melanjutkan, dengan Rizka, Ka Ratna, Ka Mariani kemudian Amy.. semuanya berhasil walau juga tidak kalah menghadapi “ngadatnya” bongkahan cairan padat dalam kepala, alias otak.
Hasil ujian sore itu akan menentukan, apakah santriwati akan naik tingkat ke Tahfidz Qur’an di handle juga di bimbing oleh Ustadzah yang seorang Hafidzah 30 juz ataukah di turunkan ke Tahsin, untuk mengulang perbaikan kaidah tajwid juga tilawahnya.
Dalam perjalanan sepulang dari ma’had, otak berpikir keras, apa yang sebenarnya Allah ingin sampaikan dari ujian sore tadi ???
Sesampai di rumah, baru sadar..
Sebagai seorang peruqyah, yang mengharuskan mempunyai bacaan Al Qur’an yang Fasih, tahsin yang benar dan pelafalan yang tepat. Seakan meyakinkan diri, akan mampu lulus pada ujian Tahsin juga Tahfidz sore itu. Tapi, sungguh Allah Maha Mengetahui, bisa jadi Allah menilai kepercayaan diri itu bukan sebuah keyakinan, melainkan sebuah kesombongan. Astaghfirullah.. semoga Allah mengampuni kelalaian juga kelancangan diri ini. Allah lah yang memiliki jantung, dada, suara dan semua anggota badan ini. Dengan mudah Allah perintahkan, otak berhenti untuk mencari filenya, atau Allah perintahkan jantung semakin berdegup kencang, yang akan mampu mengacaukan konsentrasi kita. Itulah scenario Allah untukku. Bisa jadi pandangan orang lain tahsin kita sudah bagus, suara dengan tartil yang merdu. Akan tetapi, pada sore itu di Ma’had Tahfidzul Qur’an Umar Bin Khottob, Allah menunjukan cara pandangNya yang lain, yang tersendiri dan berbeda dari cara pandang manusia, Subhanallah..
semoga diri mampu menangkap maksud tersembunyi, dari Allah Rabbul Izzati..
+++
=============================================================================
                                       ‘FLASH BACK’                                    
=============================================================================
Banyak sekali keutamaan bagi seorang penghafal Al Qur’an, di antaranya ia mampu memberikan syafaat kepada 10 orang anggota keluarganya yang telah di tetapkan masuk kedalam neraka. Memberikan pakaiaan yang bagus bagi kedua orangtuanya, yang harganya tidak mampu di bayar penduduk dunia. Dan banyak sekali keutamaan lainnya, Subhanallah…
Di antara sifat yang harus di miliki seorang penghafal Al Qur’an adalah ikhlas dalam mempelajari Al Qur’an, hanya karena Allah semata.
Para pengkaji dan penghapal Al Quran harus mengikhlaskan niatnya, dan mencari keridhaan Allah SWTsemata, dan semata untuk Allah SWT ia mempelajari dan mengajarkan Al Quran itu, tidak untuk bersikap ria (pamer) di hadapan manusia, juga tidak untuk mencari dunia. Imam Al Qurthubi menulis dalam pembukaan tafsirnya “ Bab Tahzir Ahli Al Quran wa al Ilmi min Ar Riya wa Ghairihi” ia berkata:
Allah SWT berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (An Nisaa: 36). Dan Allah SWT berfirman: “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(Al Kahfi: 110)
Muslim meriwayatkandari Abi Hurairah r.a. ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang pertama kali disidangkan pada hari Kiamat ada seorang yang dinilai mati syahid. Orang itu dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa yang engkau lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Ia menjawab: Aku berperang membela-Mu hingga aku mati syahid. Allah SWTmengomentari: “engkau berdusta, karena engkau berperang hanya untuk dikatakan sebagai si pemberani, dan itu sudah dikatakan orang”. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret dengan muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka.Kemudian seseorang yang telah mempelajari Al Quran, mengajarkannya dan membaca AlQuran. Orang itu dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allahyang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWTbertanya: Apa yang engkau lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`matitu? ia menjawab: Aku mempelajari Al Quran, dan mengajarkannya kepada manusia,dan aku membaca Al Quran demi-Mu.
Allah SWT mengomentari jawabannya itu: “Engkau berdusta, karena engkau mempelajari Al Quran agardikatakan orang sebagai orang alim, dan engkau membaca Al Quran agar manusiamengatakan: dia seorang qari. Dan itu sudah dikatakan orang. Makavonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret dengan mukamenghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka. Selanjutnya seseorang yang AllahSWT berikan keluasan harta, dan kepadanya diberikan seluruh macam kekayaan. Orang itudihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang telahdiberikan kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apayang engkau lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Iamenjawab: Setiap aku mendapati jalan dan usaha kebaikan yang Engkau senangi agar aku nafkahkan hartaku untuknya, aku segera menginfakkan hartaku demi-Mu.Allah SWT mengomentari jawabannya itu: “Engkau berdusta, karena engkaumelakukan itu semua agar dikatakan sebagai seorang dermawan, dan itu telahdikatakan orang. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseretdengan muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan keneraka”. At Tirmizi meriwayatkan hadits ini: kemudian Rasulullah SAW menepuklututku dan bersabda: “Wahai Abu Hurairah, tiga orang itu adalah makhluk Allah SWT yang pertama yang dibakar oleh api neraka pda hari kiamat.” Ibnu Abdil Barrberkata: hadits iadalah bagi orang yang berniat dengan ilmu dan amalnya bukan karena Allah SWT
Tirmizi meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Berlindunglahkalian kepada Allah SWT dari Jubb al Huzn”. Mereka bertnya: Apa itu Jubb alHuzn wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ia adalah sebuah lembah di dalam neraka,yang neraka sendiri memohon perlindungan kepada Allah SWT darinya seratus kali setiap hari”. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah Saw, siapa yang memasuki lembahitu? beliau menjawab: “Para pembaca (penghapal Al Quran)yang memamerkan amal amal mereka”. Ia berkata: hadits ini gharib.
Allah Maha Tahu, apa yang tepat juga terbaik bagi HambaNya. Bisa jadi diri ini belum pantas untuk menghafal Al Qur’an dengan kotoran hati yang masih terserak, atau sebuah kepercayaan diri yang sebenarnya adalah sebuah kesombongan. Naudzubillah..
“Tetap saling mengingatkan, menguatkan.. dan saling menginspirasi. Sahabat, yang hari ini esok dan seterusnya selalu menjadi lawan tangguh dalam perlombaan memperjuangkan Diin dan perlombaan menuju RidhoNya“

Allaahumma nawwir bil kitaabi bashorii
wasyrohbihi shodrii
wasta’mil bihi badanii
wa ath’liq bihi lisaanii
wa qowwii bihi janaanii
wasyrohbihi fahmii
wa qowwii bihi ‘azmii

bihaulika wa quwwatika fa innahu laa haula wa laa quwwata illa bika
Yaa arhamar roohimiin.
Artinya:
Ya Allah, sinarilah penglihatanku dengan kitab ini, lapangkanlah dadaku dengannya, pekerjakanlah tubuhku dengannya, lancarkanlah lidahku dengannya,kuatkanlah hatiku dengannya, gamblangkanlah pemahamanku dengannya, kuatkanlah azamku dengannya, dengan daya dan kekuatanMu. Sesungguhnya tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)Mu. wahai Dzat yang sangat berbelah kasih. 1)
ket: 1) Hadits Maudhu’, lihat dha’iful Jami’, Al- Albani, hadits no 2172.
290112    12.17 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar